Tahukah anda? lazimnya seiring majunya perkembangan zaman, maka maju pula perkembangan peradaban manusianya bukan? tetapi, ucapan tersebut tidak selalu dikatakan benar, tidak bisa juga dikatakan salah. Tidak selalu benar karena memang faktanya sekarang ini banyak sekali fenomena-fenomena mengelitik yang timbul dari para kalangan mahasiswa, umumnya berupa hal yang kurang bernilai positif. Misalnya seperti acuh tak acuh dengan situasi dan kondisi yang ada dilingkungannya. Terkesan cuek dengan hal-hal yang terjadi disekitarnya hanya memperdulikan diri sendiri. Miris memang jika melihat hal tersebut terjadi didepan mata. Lucunya hal itu berlangsung dari waktu ke waktu sampai sekarang, dan lagi itu sudah menjadi hal yang lumrah sehingga dianggap biasa bahkan normal-normal saja. Entah karena sibuk dengan kuliahnya atau karena hal lain, sehingga fenomena itu dibiarkan dan tidak ditindak lanjuti lebih serius. Ingatlah kita itu orang timur bukan orang barat!
Bukankah untuk menjadi besar kita harus memperhatikan dari sesuatu yang kecil? itulah pertanyaan yang sangat sederhana tapi memiliki makna yang luar biasa. Ibarat kata jika ada orang membuang sehelai sampah sembarangan mungkin tiada efek, namun jika orang tersebut secara berulang-ulang melakukan hal yang sama berkali-kali akankah efeknya juga akan sama seperti yang pertama, tentu tidak. Efeknya akan jauh lebih besar BANJIR akan menerpa, itu pasti. Kurang lebih itulah sedikit gambaran dari mahasiswa sekarang ini, memang tidak semua mahasiswa mempunyai perangai demikian. Hanya segelintir dari sekian ribu mahasiswa bahkan bisa dihitung dengan jari. Tapi apakah dari segelintir itu akan dibiarkan saja? lantaklah sano kata budak Jambi. Bagaikan Buta Aksara? bukan buta karena tidak bisa melihat dengan matanya, bukan juga karena tidak bisa menulis dengan tangannya juga bukan karena tidak bisa membaca dengan mulutnya, lalu apa yang sebenarnya dimaksud dengan buta aksara di atas? Apakah memang ada yang demikian? mari lihatlah fenomena dan fakta yang berkembang. Simak dan renungkan wahai penerus bangsa!
Banyak sekali artikel-artikel maupun berita mengenai mahasiswa. Ada yang positif maupun negatif, kalau positif sudah tentu tidaklah dibahas lagi. Buat apa membangunkan singa yang sedang terlelap tidur?. Permasalahannya disini adalah NEGATIFnya, berbicara tentang keburukan memang tiada habisnya apalagi berbicara tentang keburukan orang lain. Tapi paling tidak dari keburukan itu orang bisa belajar banyak hal dan bisa berubah untuk menjadi lebih baik lagi. Mahasiswa, pasti erat kaitannya dengan kata ‘malas’. Ya, dari dulu sampai sekarang penyakit mahasiswa tidaklah banyak berubah, penyakit klasik yang sukar untuk tidak dibahas dan erat kaitannya dengan mahasiswa itu sendiri. Berakar dari malas, tumbuh menjadi belengu. Malas datang bukan tanpa sebab, berdasarkan hasil survei yang dilakukan ada beberapa hal yang membuat mahasiswa malas kuliah.
Tekanan batin, banyak sekali permasalahan-permasalahan yang timbul dikalangan mahasiswa yang membuat batinya tergoncang, sehingga makan tak enak, tidur tak nyenyak. Dikarenakan merasa dirinya tak nyaman dengan apa yang Ia kerjakan saat ini. Merasa terbebani dengan segala hal yang berbau dengan yang namanya ‘TUGAS’. Salah siapa sebenarnya? bukankah memang sudah sewajibnya bagi mahasiswa untuk mengerjakan tugas. Tapi bagaimana lagi, itulah kenyataan yang terjadi.
Dari namanya saja, mahasiswa seharusnya adalah “siswa” yang “maha”, golongan kaum intelek di masyarakat. Ya, nggak? Dan untuk menjadi kaum intelek, sudah sepatutnya mahasiswa rutin membaca sumber-sumber pengetahuan yang menantang pikiran mereka, mulai dari buku teks kuliah sampai jurnal ilmiah. Sayangnya, menurut sebuah penelitian, mahasiswa Indonesia nggak suka baca buku kuliah!
Fakta ini ditemukan dalam jajak pendapat terhadap 667 mahasiswa di enam kota besar di Indonesia, yaitu DKI Jakarta, Bandung, Surabaya, Malang, Medan dan Makassar. Survei ini digarap oleh Harian Kompas pada Agustus 2015 untuk mendapat gambaran kebiasaan membaca mahasiswa Indonesia.
Hasil survei ini menyatakan bahwa mahasiswa suka membaca setiap hari, tetapi mayoritas bahan bacaan mereka bukanlah bahan bacaan serius untuk kebutuhan akademik.
Survei ini juga menunjukkan bahwa kebiasaan mahasiswa membaca buku bersaing ketat dengan kebiasaan mereka menggunakan internet. Makanya, 39% mahasiswa zaman sekarang lebih suka mencari artikel secara online. Nggak bisa disangkal, teknologi digital sudah menjadi sarana andalan mahasiswa untuk mendapatkan informasi.
Selain itu Anak Indonesia ternyata paling malas membaca buku. Salah satu indikatornya, Indonesia menduduki peringkat kedua terbawah survei minat baca yang dilakukan The Programme for International Student Assessment (PISA). Enggak cuma itu, kemampuan sains dan matematika pelajar Indonesia juga paling buncit dari 65 negara yang disurvei PISA.
Ingat saja, jika dari awal sampai akhir hanya sebatas jalan bahkan lari tanpa menoleh atau berhenti minum disuatu tempat, hanya mengandalkan (E/A), mati dimasa depan. Maksudnya Ia tidak dapat bersaing dengan dunia nyata diluar kampus, dimana persaingan globalisasi yang sangat tinggi. Hal ini dikarenakan dunia bisnis dan seluruh aspek ekonomi membutuhkan sumberdaya manusia yang berkualitas. Dunia bisnis tidaklah membutuhkan nilai IPK yang tinggi ketika kuliah. Namun mampu atau tidaknya Ia mengaplikasikan ilmunya dalam berbisnis. Jadi, mahasiswa cerdas adalah mahasiswa yang mampu memanfaatkan segala waktunya untuk belajar terutama MEMBACA dan MENULIS.
Lalu Apa kabarnya dengan mahasiswa Universitas Jambi? pilih yang mana? antara mahasiswa positif atau negatif? tentukan dengan hati nuranimu! masa depanmu, bergantung pada penamu!
Penulis:
Ani Maryati & Meli Yonani
Gambar:
ayobuka.com